FADE IN :
01.
EXT.PELABUHAN-MALAM.
CAST : CHAIRUL ANWAR.
Terlihat
gambar gudang dan rumah tua yang kosong, bangunan-bangunan yang lama tidak
terpakai. Kemudian beralih pada kapal besar yang menepi, sepi, tidak ada satu
orang pun. Kamera
beralih pada langit yang berwarna oranye, Matahari sudah separuh
terbenam. Kamera
bergerak turun dari langit ke punggung Chairil Anwar yang sedang duduk di tepi
laut. Kamera berpindah pada air laut yang tenang. Kamera kembali
pada pergelangan tangan Chairil yang memegang sebuah foto, potret seorang
wanita. Gambar beralih pada pandangan Chairil yang menatap lurus ke arah
laut. Kemudian gambar secara keseluruhan pada Chairil, laut, langit dan
foto.
Tetesan
air jatuh dari langit secara perlahan membasahi gambar wanita dalam potret. Suara
kepakan sayap elang terdengar dari kejauhan. Chairil Anwar bangkit dari
tempatnya duduk. Dibiarkan begitu saja foto di tepian laut tanpa melihatnya
terlebih dulu. Chairil Anwar berjalan perlahan menjauhi laut sampai hilang dari
sorotan kamera. Kamera menyorot air laut yang beriak dari hujan, tanpa ombak, foto terbawa air
hujan ke dalam laut.
Kamera
menampilkan laut yang kosong dengan langit yang telah gelap dan gerimis yang
belum berhenti.
CUT TO
Senja di Pelabuhan Kecil- Chairil Anwar
buat: Sri Ajati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
1946
0 comments:
Post a Comment
What do you think?