Bagi saya mengendarai motor dalam perjalanan menuju kantor dan rumah adalah momen ketika saya bisa dengan santai menanggapi semua percakapan kepada/dari otak dan hati. Ketika mengendarai motor, semua yang bercokol terlontar satu demi satu. Bahkan angin yang biasanya hening akan menjadi sangat bising. Kegemaran saya ketika mengendarai motor selain bernyanyi adalah berbicara sendiri. Saya bukan hanya dapat mendengarkan ucapan saya sendiri, saya pun bisa menanggapinya dengan sesuka hati.
Sore tadi, dalam perjalanan pulang perbincangan kita -saya dan diri saya- perihal hidup. Kata orang hidup hanyalah proses menunda kematian. Misalnya, kita makan untuk menunda mati kelaparan, kita menyebrang hati-hati untuk menunda mati ditabrak, dll. Apakah kemudian mimpi-mimpi saya pun sekadar rentetan penunda kematian? Otak saya tidak mau terima. Manusia diberikan porsi hidup oleh Tuhan. Setelah porsinya habis maka bertemulah dengan porsi pada babak baru : kehidupan setelah kematian. Perjalanan menghabiskan porsi bukanlah proses penundaan melainkan proses pemuasan dan persiapan.