In Thought

Menilai-Dinilai

sumber gambar:http://yourbrandvox.com
Manusia itu pelaku sekaligus saksi. Ada saksi yang merasa bisa menjadi juri ada pula yang masih tahu diri. Tapi sekalipun mengaku tahu diri, dalam hati (dalam pikiran) dia tidak henti-hentinya menilai, melabeli, merasai sesuatu yang sebetulnya tak banyak dia tahu. Tindakan otomatis ini membuat dia bebas dari perasaan bersalah, tapi tidak serta merta menjadi benar atau dibenarkan.

Manusia itu saksi sekaligus pelaku. Dia tidak henti-hentinya (merasa) dinilai. Sosiometer namanya, didefinisikan Leary (2005) sebagai perilaku mengawasi nilai hubungan sekaligus juga mengawasi bagaimana seseorang tersebut diterima oleh orang lain secara sosial. Sosiometer melekat di dalam diri individu dan terus menangkap tanda sosial secara (hampir) otomatis dan seringkali diluar kesadaran. Menelan bulat-bulat bagaimana respon, pandangan, sikap orang lain terhadap dirinya.  Berguna? Tentu saja.  Tanda sosial yang tertangkap dicerna sebagai pengingat, pengantisipasi bahkan stimulus imaginatif bagi individu. Sayangnya beberapa manusia memiliki sosiometer yang terlalu sensitif, sering memberi alarm yang sebetulnya tidak ada. Memberi tekanan yang tidak perlu.

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In Memories

Dalam Rangka Menutup Tahun 2015


Walaupun belum akhir tahun….

By the way, It's been such a long time since I've posted in here. Rasa rindu menulis itu biasanya muncul ketika membaca tulisan yang indah. Meskipun tulisan saya jauh dari kata indah tapi jadi ingin cepat-cepat mengetik haha. Intinya, saya habis baca tulisan bagus makanya ingat kembali untuk menulis, tapi saya tidak sedang ingin menulis yang indah-indah. Keinginan saya bercerita di trigger oleh pertanyaan seorang teman dalam sebuah surel, “apa kesan tahun 2015 untukmu.” Dan tanpa pikir panjang saya menulis dua kata: Mendebarkan dan penuh kejutan. Mendebarkan dan penuh kejutan sebetulnya kan memang dua hal yang saling bertalian, karena adanya kejutanlah yang membuat berdebar.

Menapak tilas ke awal tahun 2015 hingga saat ini memang ada beberapa resolusi yang urung tercapai, entah karena disiplin yang kurang mantap atau memang niat yang belum bulat. Tapi, Ada beberapa poin dalam daftar keinginan yang sebetulnya tidak terlalu mantap saya bayangkan justru terrealisasi di tahun ini. Salah satunya adalah melanjutkan kuliah. (Sepertinya saya pernah menulis tentang itu di bulan juni atau juli tahun 2014 lalu) Dan di tahun 2015 ini saya literally kuliah kembali. Karena saya mengambil jurusan yang berbeda dengan jurusan semasa S1 dulu, saya harus mengikuti martikulasi selama satu semester (yang sesungguhnya hanya 4 bulan masa belajar). Sesama teman-teman yang murtad dari jurusannya masing-masing, saya belum merasakan perbedaan yang berarti. Berkumpul dan bersama-sama beradaptasi membuat proses adaptasi menjadi smooth sekali. Sampai akhirnya semester 1 pun tiba. *Evil Smirk*

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments