In Fiction

Gadis di Stasiun Kereta

Gadis itu sudah duduk di bangku tunggu ketika aku tiba. Plang berwarna hijau dengan tulisan Tebet terpasang beberapa jengkal di atas kepalanya. Suara seorang wanita terdengar melalui pengeras suara. Kereta tujuan Bogor saat ini masih berada di Jayakarta, katanya. Artinya aku masih memiliki waktu kurang lebih dua puluh menit. Aku membenarkan topi yang kukenakan. Langit Jakarta tetap terik walau masih dalam musim penghujan sekalipun. Topi melindungi dari pandangan sinis matahari sekaligus menghindari pandangan gadis manis itu.


jika sedang banyak waktu luang bisa baca selengkapnya di kasih tak sampai buku dua 

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In Fiction

angkasa #1

“kamu pasti menyukainya juga, kali ini berbeda.”

“pada dasarnya semua orang memang berbeda.”

“bukan, bukan berbeda yang seperti itu, dia berbeda yang berbeda. duh kamu harus bertemu dengannya baru kamu paham, eh lipstikku sudah oke?”

“aku tidak suka, warnanya terlalu terang.”

“ah, kamu memang tidak menyukai banyak hal, sudah deh aku pergi dulu, kali ini pasti berhasil.”

* * *

Sejak kapan aku membenci banyak hal begini? 

* * *
Kamu terus mengaduk minumanmu dengan sedotan. Sedikitpun belum kulihat kamu teguk gelas yang sudah dilingkupi embun itu. lipstikmu menyala, tapi matamu padam. Saat kulirik jam yang dikelilingi frame dekorasi ruangan, sudah satu jam lebih 25 menit sejak kamu tiba. Sedang menunggukah? siapa? apa? 

Kamu tampak meraih ponsel dari dalam tas, membukanya dengan sedikit terburu-buru. Tanpa sadar, aku berharap semoga itu orang yang kamu tunggu.

* * *

“aku pulang malam, dia mengajakku menonton sehabis ini, ada sup di dalam kulkas tinggal dihangatkan, atau kamu bisa delivery kalau malas keluar.”

* * *
Kemampuanmu duduk tanpa melakukan apapun selain mengaduk sedotan dengan sedikit canggung menurutku patut diacungi jempol. Kamu juga tidak memainkan ponselmu selain menerima panggilan barusan. Kamu seperti menunggu, tapi tidak terlihat mencari. Maksudku matamu tidak berlari ke arah pintu masuk atau menyisir ruangan seperti berusaha ingin menemukan. Tidak, matamu terpaku pada sedotan yang kamu gerakan pelan-pelan. Sekali matamu berpaling, adalah menuju jam berwarna emas yang melingkari tanganmu. Arrrgh sial aku penasaran. Mungkinkah kamu hanya sedang menunggu, waktu?
* * *

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments