In Memories

Laki-laki yang suka sekali duduk di depan danau UI

Saya bertemu dengannya kira-kira setahun yang lalu. People say, opposite attracts but science proves similarity attracts more. Walau berbeda pada hal-hal superfisial, kami memiliki sejumlah kesamaan yang sempat membuat kami terheran-heran pada awal pertemuan. 

Melihatnya membuat saya merasa sedang bercermin.  Ketakutan saya ada di dalam matanya juga. Optimisme naif saya ada di dalam tawanya juga. Saya merasa dekat sekaligus asing. Dia menampakkan luka yang saya sembunyikan. Dia membuat kelemahan yang saya miliki menjadi begitu nyata. Menghadapi diri sendiri secara jujur begini, kadang menguras energi juga.

Saya jadi tahu ternyata sulit juga menghadapi diri saya di dalam dirinya. Tanpa sadar, tak jarang saya menyerangnya atas sifat-sifat yang juga saya miliki (sekaligus membencinya). 

Sampai pada satu titik saya menyadari, menerima kehadirannya justru membuat saya belajar menerima diri saya sendiri. Bersamanya membuat saya belajar bahwa mengakui diri kita tidak sempurna ternyata melegakan. Tidak apa-apa kok, tidak apa-apa.

Tapi, tidak berhenti sampai di sana. "Melihat" diri saya dalam diri orang lain, membuat saya bisa menilai dengan lebih adil. Segala cela yang semula ingin saya maklumi mulai menuntut dibenahi. Tidak apa-apa tidak sempurna, tapi membiarkan yang buruk begitu saja hanya akan membuat jengah. Mengetahui (dan mengakui) kelemahan yang saya miliki mungkin kunci utama sekaligus hanya sebagai tahap awal. Setelahnya, banyak pr yang harus dikerjakan. Saya tidak ingin melihat kelemahan saya lagi dimatanya. 

Mengenalnya barangkali keberuntungan tersendiri bagi saya. 



Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In Memories

Ibu yang Gemar Bercerita

Jika kamu bertemu seorang ibu  yang tidak berhenti bercerita, dengarkanlah.
Jangan dulu memasang earphones atau pura-pura tidur. 
Jangan dulu merasa kesal dan terganggu. 

Mungkin dia akan bercerita tentang tempat yang sedang ia tuju atau dari mana ia berasal. Mungkin dia akan menyebutkan satu persatu nama anaknya. Tentang si sulung  yang bekerja di pemerintahan dan si bungsu yang selalu juara kelas. Dengan bangga ia sebutkan karakter anak-anak hasil didikannya.  Pencapaian, percintaan, pengalaman, ia ingin kamu tahu anak-anaknya telah berhasil. Dia telah berhasil. Atau jika ibu itu terlihat lelah dan mengatakan bahwa kelima anaknya pecandu yang harus direhabilitasi, dengarkanlah. Uangnya tidak cukup memasukan semua anaknya ke pusat rehab, hingga amukan anaknya saat sedang tidak sadar, ia telan seorang diri. Barangkali suaminya pergi. Barangkali suaminya juga tidak tahu harus berbuat apa. Semua cerita itu, dengarkanlah. Sebosan apapun kedengarannya. Jika malas menanggapi, kamu cukup tersenyum dan mengangguk tiap dia memberi jeda. Setelah itu biarkan ia kembali bercerita. Karena barangkali tidak ada yang mendengarkannya di rumah dan semuanya terlalu berat ia pikul sendiri. Amarah, euforia, kesedihan telah lama mengendap di dalam kepalanya, menjelma milyaran kata yang saling mendesak ditumpahkan. Menjadi seorang ibu seperti menjadi wonder woman. Hatinya yang lapang dipenuhi berbagai rasa yang belum tentu bisa ditampakkan dengan mudah. Jika seorang ibu bercerita padamu mengenai apa saja, dengarkanlah. Barangkali setelahnya kalian akan saling melupa, tapi kamu telah membantu membuatnya sedikit lega. 

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In Memories

An Experiment in Gratitude | The Science of Happiness





Spread love, express your feeling, your gratitude and become happier than before.


Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments