In Memories

Part #1 Pengalaman Pasang Kawat Gigi Self Ligating

Setelah mempertimbangkan cukup lama, akhirnya jadi juga saya pasang kawat gigi. Full WFH dan bulan puasa, kurang tepat apalagi coba timing-nya? Kalau pun harus keluar rumah, saya pasti pakai masker karena memang protokol kesehatan, jadi saya bisa tetap percaya diri meski gigi saya akan ompong dan berkawat. 


Keinginan untuk pasang kawat gigi ini sudah ada sejak lama, tapi muncul lagi saat saya mengenal behel swaligasi alias self ligating. Dari hasil riset saya yang alakadarnya, setidaknya saya tahu kalau behel self ligating ini memiliki klip untuk mengunci kawat di gigi sehingga tidak perlu menggunakan karet (power o) seperti behel konvensional. Hal ini membuat behel self ligating  bisa lebih cepat memberikan hasil (pergerakannya lebih cepat karena tidak tertahan karet, *plis cmiww) dan waktu kontrolnya lebih panjang (bisa hingga 2 bulan sekali, tergantung kondisi gigi), serta yang gak kalah penting, rasa sakitnya lebih sedikit daripada behel konvensional.

 Tapi, ada rupa ada harga. Biaya behel self ligating ini bisa dua hingga tiga kali lipat lebih mahal. Untuk Damon Quantum, salah satu merek behel dengan teknologi self ligating system yang paling populer, kisaran harganya antara Rp 12  hingga 25 juta.  Hmm boncoss ya bund.

Yaudah deh, bismillah gak jajan dulu selama setahun ke depan hahaha.

Oke baik, riset pun dimulai! Saya cari klinik gigi yang paling dekat (agar duit gak habis di ongkos saat bolak balik kontrol nanti) dan paling murah tentu saja. 

Awalnya, saya berniat ke Klinik Gigi FDC karena memenuhi dua kriteria di atas. Pemasangan behel Damon Quantum di FDC sekitar Rp 11,9 juta. Saya belum menemukan yang lebih murah dari ini sih. Ehh, tapi ternyata biaya tersebut adalah pemasangan behel oleh dokter umum bukan spesialis orthodontist. Kalau tidak salah, dengan dr. spesialist ada biaya tambahan sekitar 5-6 juta. Yahilah. 

Pilihan kedua, saya pergi ke OMDC Mampang. Biaya pasang behel self ligating di sini sekitar Rp 17 jutaan. Setiba di OMDC Mampang, saya langsung konsultasi dengan drg sp orto di sana. Hasilnya? Sedikit kecewa karena langsung ditawari untuk pasang bagian atas dan rencana cabut dua gigi geraham bungsu.

 Di otak saya, harusnya ada serangkaian prosedur dulu (lagi-lagi, cmiww) seperti cetak gigi, scalling, tambal2 jika ada yang berlubang, dan apa kek gitu biar kesannya dokternya mikir-mikir dulu haha.

Selain karena terlalu mendadak, cabut dua gigi geraham bungsu juga lumayan bikin keder. Setahu saya, cabut geraham bungsu (odontektomi) ini merupakan bedah minor dan harus ditangani oleh dokter spesialis bedah mulut. Biayanya? Bisa berkali-kali lipat dari cabut gigi biasa. *Lagi-lagi boncoss bund. Di OMDC,  kalau tidak salah ingat sekitar Rp 3 juta per gigi, artinya saya perlu mengeluarkan Rp 6 juta untuk cabut gigi geraham saya yang sebetulnya baik-baik saja. Berarti saya perlu mengeluarkan hingga Rp 23 juta (tidak termasuk biaya kontrol, administrasi, dan APD ). *NANGYSS.

Akhirnya, saya putuskan untuk "belanja" dokter kembali. Saya pergi ke klinik Difa OHC, klinik gigi ramah ODHA di daerah Fatmawati. Di sana, saya ditangani oleh drg. Adianti, Sp.Ort alias drg. Dian. Setelah melihat hasil rotgen dan kondisi gigi langsung, drg.Dian menganjurkan untuk mencabut dua gigi di belakang gigi taring. 

Oke baiklah, asal bukan geraham. Untungnya, biaya pemasangan behel di sini lebih terjangkau dibanding dua klinik sebelumnya, yaitu sebesar Rp 14 juta (termasuk cetak gigi) dan tentu saja dengan dokter spesialis. Sementara untuk biaya kontrol sekitar Rp 300 ribu per pertemuan.

Selain prosedurnya menurut saya lebih meyakinkan, suasana di klinik ini pun agak berbeda dengan klinik lain. Hmm apa ya, cenderung lebih sederhana dan kekeluargaan, jadi bikin saya lebih cepat merasa nyaman.

Singkat cerita, pada kedatangan pertama saya hanya melakukan cetak gigi untuk diobservasi, lalu pada kedatangan kedua (di minggu berikutnya) saya mulai dipasang kawat gigi pada bagian atas, dan minggu selanjutnya bagian bawah.

Saat pemasangan kawat gigi, tidak terasa sakit ataupun ngilu. Masih terasa "aman-aman saja" sampai dipasang karet di sela-sela geraham untuk membuat jarak saat pemakaian ring. Tidak sakit atau nyeri sih hanya ngilu, tapi banget. Hahaha.

 Selesai sudah. 

Eits, beluuum! 

Saya masih harus cabut dua gigi satu bulan kemudian atau kira-kira bulan Mei nanti. Wismilak!


0 comments:

Post a Comment

What do you think?