anak kecil itu dihukum hujan
satu. dua. tiga. empat
tiap tetesnya merajami punggung mungilnya
tidak terlapisi sehelai apapun
satu. dua. tiga. empat
tetesnya menyatu bersama memar dan nanah sisa dampratan semalam
kemarin malam
kemarinnya lagi
setiap malam.
recehnya kurang untuk menyumpal mulut bang jak
preman jalan kekurangan topi miring
satu. dua. tiga. empat
jemarinya, kepalanya, tremor serempak
dalam tetes tetes hujan
ia hitungi pelan pelan
satu. dua. tiga. empat
sampai hangat menyergapnya selamanya.
disana tempatmu biasa berdiri
menungguku sambil menekuk wajah serta bibir yang kamu tarik ke bawah
katamu aku terlalu lama
selalu sama
disana telah lama tiada
lalu aku duduk
lalu aku berdiri
begitu sampai tak tahu waktu
katamu aku yang lama
disana aku menunggumu selamanya
tapi tak pernah ada.
cinta ini menguap sepanjang jalan pulang
sepatuku masih penuh lumpur
singgahanku membuat hati hancur
di taman sana kalian samakan tawa
nada nadanya membuatku ingin muntah
lalu kuteruskan menuju pulang
walau rumahku telah terampas malam tadi
seusai langit kita kamu habiskab berdua
aku tanpa sisa
saat berjalan pulang
mawar mawarku telah tersebar di mimpinya
lalu bagaimana tidurku malam nanti?
ah. saat berjalan pulang
cintaku menguap kemana-mana
semoga melekat di udara
kuracunu tiap partikelnya
sambil sabar menunggu
kabar ketiadaan.
ditengah jalan menuju senayan
ada saja tangan yang ingin menggenggam
ada saja yang tak mmbalas
yang dulu memaksakan peluk
tidak
aku tidak mengenang apapun
aku sedang tertawa
si naif yang telat sadar diri
haha haha
ironi
si naif butuh 4 tahun
pendarahan saat operasi kata dokter
aku sudah menangis semalaman bersama ibunya.
dia titipkan senyum sebelum kutiba
dia titipkan rindu sebelum bertemu
dia sudah meninggal malam tadi
kukemas sayangnya dengan rapi
wanginya melebur dalam kafan
terkubur dalam tanah
sayangku telah kutimbun bersama jenazahnya
dia pergi selamanya.
nb : kamu pasti tenang, kamu pasti sedang tersenyum,senyum yang kukenal,hanya aku yang hafal.