Bagian yang paling menyenangkan
dari perjalanan adalah perjalanan itu sendiri, dengan begitu destinasi sebetulnya menjadi nomor
dua. Dalam perjalananlah kita bisa menemukan sementara pada destinasi kita hanya tinggal menikmati. (ini sotoy dan ngasal, percayalah). Ada banyak hal yang menyebabkan perjalanan menjadi menyenangkan, salah
satunya adalah teman perjalanan. Maka kalau akhirnya setelah susah payah
mendapatkan kesempatan berlibur, bagi saya memilih-milih teman perjalanan itu
perlu. Sounds childish? Haha.
Kriteria teman perjalanan yang seru hanya satu kok : tidak sering mengeluh. Kalau
kriteria itu terpenuhi maka akan seru-seru aja apapun bentuknya.
Jadi setelah gagal mendaki
tanggal 14 mei lalu, dan beberapa rencana setelahnya, akhirnya rasa penasaran
pada gunung Prau terbayar sudah. Dengan tumpukan tugas UAS yang menanti
diselesaikan, kami nekat berangkat. Perjalanan kali ini memang terasa sekali
dipaksakan. Mulai dari tidak tidur beberapa malam sebelumnya untuk mengebut kerjaan
kantor dan tugas kuliah sampai membatasi komunikasi dan pertemuan lain agar
konsentrasi tidak terganggu. Haha. Iya dipaksakan karena sebetulnya sebulan
setelahnya kami libur panjang, tapi malah memilih pergi sebelum liburan. Selain
karena kesal juga pada rencana yang selalu gagal, juga terkait kabar bahwa
gunung Prau akan ditutup selama Januari hingga Maret 2016 ><!
Long story short, kami berangkat
tanggal 19 Desember dari Depok menuju Wonosobo dengan Bis Sinar Jaya pukul 17.00. Tanpa terkena
macet sedikitpun, kami berhasil tiba di Wonosobo pukul 05.30 keesokan harinya. Setelah sarapan
dan berleha-leha sebentar di terminal, kami melanjutkan perjalanan dengan microbus
menuju beberapa tempat wisata di Dieng seperti Candi Arjuna, Kawah Cikidang dan
Telaga Warna. Pendakian baru dimulai pukul 12.30 melewati jalur Dieng Wetan. Gunung
Prau berada diketinggian 2590 MDPL dengan medan pendakian yang terbilang ramah
bagi pendaki pemula. Sebagai informasi, selain melalui jalur Dieng, pendakian
juga bisa dilakukan melalui Patak Benteng. Pendakian via Dieng Wetan hanya
melewati 3 pos saja. Meskipun lebih mudah, jalur Dieng Wetan hampir 2 kali
lebih lama dibandingkan via Patak Benteng.
Kami tiba di camp area sekitar
pukul 16.30.
Hal yang paling luar biasa pada pendakian ini adalah,
begitu kami tiba, angin besar disertai hujan lokal menyerbu hingga keesokan
harinya. Sehingga kami baru bisa keluar tenda pukul 09.30 keesokan harinya!
T_T Seingat saya, saat tenda kami dihantam angin semalaman sampai rasanya seperti ada blower raksasa di belakang tenda, itulah kali pertama saya benar-benar merasa mengginggil. Sleeping bag kami bahkan basah semua. Maklum saja kami pergi saat musim
hujan sedang hujan hujannya -_- (judulnya juga maksain). Jadi yaaah tertebaklah
mengapa diawal saya mencoba menghibur diri dengan mengatakan yang paling
penting adalah perjalanannya itu sendiri:D :D:D *selfpukpuk*
Tapi perjalanan kali ini
meyakinkan saya untuk datang ke Prau kembali pada musim kemarau nanti (InsyaAllah
bulan Mei 2016). Betapa mendaki membuat ketagihan. Jadi ada rencana naik bulan Mei nanti? Yuuk lah ajak-ajak!! *kode*.
Rincian biaya:
1. Ongkos Depok-Wonosobo
Berangkat Bis Sinar Jaya : Rp.
90.000
Pulang Mutiara Shuttle (very not
recommended) : Rp.100.000
*akan saya ceritakan di postingan
berikutnya*
2. Ongkos microbus wisata Dieng :
Rp. 67.000
3. Simaksi : Rp.10.000
4. Ongkos microbus kembali ke
terminal Dieng : Rp. 15.000
Pelajarannya: jangan terlalu optimis mendaki di akhir bulan desember :p
0 comments:
Post a Comment
What do you think?