In Fiction

angkasa #1

“kamu pasti menyukainya juga, kali ini berbeda.”

“pada dasarnya semua orang memang berbeda.”

“bukan, bukan berbeda yang seperti itu, dia berbeda yang berbeda. duh kamu harus bertemu dengannya baru kamu paham, eh lipstikku sudah oke?”

“aku tidak suka, warnanya terlalu terang.”

“ah, kamu memang tidak menyukai banyak hal, sudah deh aku pergi dulu, kali ini pasti berhasil.”

* * *

Sejak kapan aku membenci banyak hal begini? 

* * *
Kamu terus mengaduk minumanmu dengan sedotan. Sedikitpun belum kulihat kamu teguk gelas yang sudah dilingkupi embun itu. lipstikmu menyala, tapi matamu padam. Saat kulirik jam yang dikelilingi frame dekorasi ruangan, sudah satu jam lebih 25 menit sejak kamu tiba. Sedang menunggukah? siapa? apa? 

Kamu tampak meraih ponsel dari dalam tas, membukanya dengan sedikit terburu-buru. Tanpa sadar, aku berharap semoga itu orang yang kamu tunggu.

* * *

“aku pulang malam, dia mengajakku menonton sehabis ini, ada sup di dalam kulkas tinggal dihangatkan, atau kamu bisa delivery kalau malas keluar.”

* * *
Kemampuanmu duduk tanpa melakukan apapun selain mengaduk sedotan dengan sedikit canggung menurutku patut diacungi jempol. Kamu juga tidak memainkan ponselmu selain menerima panggilan barusan. Kamu seperti menunggu, tapi tidak terlihat mencari. Maksudku matamu tidak berlari ke arah pintu masuk atau menyisir ruangan seperti berusaha ingin menemukan. Tidak, matamu terpaku pada sedotan yang kamu gerakan pelan-pelan. Sekali matamu berpaling, adalah menuju jam berwarna emas yang melingkari tanganmu. Arrrgh sial aku penasaran. Mungkinkah kamu hanya sedang menunggu, waktu?
* * *

0 comments:

Post a Comment

What do you think?