tidak silap satu angka pun
Jatah dikurang-kurangi
menganak semang menyisakan bilangan bulan
Pada Tuhan tanpa biaya
nyawa mulai habis masa sewa
Sisa lelatu memercik kian padam
di depan itu gelap mengangkat parang
Takut yang kamu suapi sampai beranak
memancit mencicit memeka hidup
menanyaimu bak jurnalis
enteng berbalas-balasan
satu pertanyaan kamu sisakan
tak berilmu untuk jawaban
Hendak apa? bunyinya.
*Dipicu kebanyakan begadang cepatnya waktu berjalan, bertambah usia tapi belum juga jadi apa-apa.
0 comments:
Post a Comment
What do you think?