(btw judul diatas itu kok ya norak banget yah.)
Judul : Surat Panjang Tentang Jarak Kita Yang Jutaan
Tahun Cahaya
Tahun Cahaya
Penulis : Dewi Kharisma Michellia
No ISBN : 9789792296402
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Pria itu sudah melupakan seorang teman masa kecilnya saat sebundel amplop itu sampai di beranda rumah. Ia bahkan sudah melupakan mimpi-mimpi masa kecil mereka.
Saya bukan penggemar novel romance (kecuali dari beberapa pengarang
yang saya suka). Saya pun bukan tipikal orang yang melihat novel dari covernya.
Saya harus tahu siapa penulisnya dan apa karyanya yang lain, bahkan kalau perlu
sebelum membeli buku saya lihat dulu review
pembaca terkait buku tersebut di goodreads. Bukan karena saya idealis atau apa,
semata-mata saya hanya takut uang saya terbuang percuma (baca: pelit) untuk hal
yang belum tentu saya suka.
Surat Panjang Tentang Jarak Kita Yang
Jutaan Tahun Cahaya (SPTJKYTC) tidak saya ketahui sebelumnya siapa penulisnya,
pertama kali saya tahu buku ini adalah karena buku ini menjadi pemenang
unggulan dewan kesenian jakarta 2012. Ketertarikan saya dengan buku ini justru
berlawanan dengan prinsip saya tadi, saya seketika ingin membaca buku ini
lantaran judulnya yang unik. Bicara soal judul beberapa kali mengikuti seminar
penulisan, pembicara sering memberi tips tentang aturan menulis judul, salah
satunya adalah judul sebaiknya tidak lebih dari 2-3 kata, alasannya sederhana :
agar mudah diingat. Memang kalau dipikir-pikir kebanyakan novel berjudul tidak
lebih dari 3 kata (kecuali sub judul). Namun novel SPTJKYTC ini justru membuat
saya tertarik karena selain judulnya panjang sekali, maknanya pun sudah
mewakili apa yang saya harapkan ada pada isi buku. Saya tiba-tiba ingin
mengupas novel ini dari judulnya.
Frasa "Jarak Kita yang Jutaan Tahun
Cahaya" memberi gambaran dengan jelas ada kesenjangan yang tidak tergapai
oleh tokoh satu kepada tokoh lain, frasa "Surat Panjang" memang benar
isi buku adalah kumpulan-kumpulan surat yang (sangat) panjang.
Hal lain yang unik dari buku ini adalah,
penulis sama sekali tidak menggunakan nama untuk tokoh-tokohnya, Penggunaan
kata Tuan, Tuan Pemilik Toko, Ayah, Ibu dll mewakili setiap karakter di buku
ini dari awal hingga akhir. Singkatnya buku ini adalah sekumpulan surat-surat
(cinta) dari seorang wanita 40 tahun kepada cinta masa kecilnya yang
diceritakan telah menikah dengan orang lain.
Tapi isi surat tidak dipenuhi kisah-kisah
sendu cinta yang tidak terbalas atau sejenisnya. Tokoh utama (penulis surat)
hanya ingin menyampaikan semua yang ia rasakan kepada cinta sejatinya itu.
Menarik karena, toh pada surat diceritakan bagaimana tokoh utama ini menemui
cinta-cinta lain, menjalin hubungan dan sejenisnya, namun pada akhirnya
berhenti pada titik yang sama, titik gravitasi yang membuatnya kembali pada
hati 'Tuan Alien'-nya itu.
"Kalau
kau perlu tahu, aku hanya punya satu macam mimpi. Aku ingin tinggal di rumah
sederhana dengan satu orang yang benar-benar tepat. Bila memang aku harus
mencurahkan seluruh perhatianku, kepada satu orang itulah hal itu akan
kulakukan".
Konsep kumpulan surat ini meskipun
terbilang unik namun tak jarang saya temui kejenuhan saat membaca pada
lembar-lembar tertentu. Mungkin karena tokoh menceritakan hampir seluruh
kegiatan dan perasaannya tiap saat, sementara dalam hidup tidak semua kejadian
dan perasaan menarik untuk diceritakan. Pemilihan usia pada karakter utama ini
pun terkesan agak memaksakan, usia 40 tahun mungkin dipilih untuk memberikan
kesan cintanya yang setia dan memiliki perasaan yang sama hingga usia 40 tahun
seolah membuat tidak ada hal yang dapat ia lakukan lagi terkait perasaannya ini.
Namun saat membaca buku ini sama sekali tidak terasa seperti membaca surat yang
ditulis oleh seorang wanita yang telah hampir setengah abad.
Tapi terlepas dari itu semua, saya
menyukai hampir keseluruhan novel ini, dari konsepnya dan yang paling utama
(menurut saya) gaya penuturan ceritanya. (kalau untuk novel-novel romantis saya
justru lebih suka dengan gaya penuturan yang lambat dan tenang seperti ini).
Keunikan dan 'rasa' baru pada novel ini membuat saya tidak heran kenapa
SPTJKYTC ini menjadi pemenang unggulan. Btw bicara soal penulisnya, ternyata
Dewi Kharisma Michella ini sebaya dengan saya dan beliau pun mulanya
aktif menulis di kemudian.com dengan username 'panah hujan'.
“Harus ada ucapan selamat tinggal antara dua orang yang
sudah tidak lagi saling mencintai”.
Eniwei cintanya ibu-ibu dalam buku ini
suatu kebodohan bukan yah? *hasek*
*gak mau tau banget ko heheu*
0 comments:
Post a Comment
What do you think?