Kamu tidak
tahu. Hujan yang kau rutuki, diam-diam kusyukuri. Hujan menahan kita dan
memberi denting agar sepi tidak menjerat tubuh dingin kita. Betapa sulit mengunci tanganku agar tidak
nakal menyapu basah di pipimu.
Sudah lama
hilang senyuman dari bibirmu yang berawarna ceri. Sementara mulutku, tidak
berhenti mengalirkan cerita tentang masa ketika tawamu bersatu dengan selorohku
di udara. Mengapa kali ini lelucon yang sama tidak memberi tawa yang sama pula?
Bibirmu kian
rapat.
Mataku
menantang matamu yang menolak menatapku. Angin membawa lari beberapa helai
rambutmu dari ikatannya. Jemarimu tampak risih membenarkan, memperlihatkan
benda perak yang melingkari jari manismu dengan anggun.
Bersama
daun-daun gugur yang larung ke dalam selokan, nyaliku terbawa turun.
“Aku ingin
pulang.”
Entah mana
yang lebih menggigilkanku, angin atau suaramu sore itu.
* * *
123 Kata #FiksiLaguku terinspirasi dari lagu Resah oleh Payung Teduh.
Aku ingin berdua denganmu
Tapi aku hanya melihat keresahanmu.
0 comments:
Post a Comment
What do you think?