In Poems

lepas


terulur tertarik
terbang lalu terseret di aspal atau tersangkut di ranting pohon
angin menerbangkanmu tapi tanganku menggulung benang dengan cekatan
membuatmu merangsek tak bernyali
nanti kalau cintaku telah utuh
kulepaskan kamu
lepas
lepas
nanti kalau cintaku telah utuh
takkan kubiarkan kau jatuh
belajarlah terbang karena aku akan melatih diri untuk melepas.

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In Fiction

Di antara



"Kau cantik hari ini, dan aku suka."

Walau kutahu ia mungkin hanya sedang mengutip lirik lagu lama, tetap saja pesan singkatnya itu membuatku gagal menahan senyum. Wanita yang duduk di sampingku terlihat tak peduli walau sempat kupergoki matanya ikut melirik pada layar smartphone-ku. 

Kau cantik hari ini, dan aku suka. 

Baju kamu hari ini, rok kamu, bagus, aku suka lihatnya.

Laki-laki itu hanya menyukai perempuan dengan dua kriteria: cerdas dan manis. Aku tentu saja belum sampai pada standar cerdas miliknya. Tapi barangkali rok yang kukenakan bisa membuatku terlihat manis, paling tidak di matanya, paling tidak pada sekian menit kita bersama tadi. Tiba-tiba aku merasa perlu menambah koleksi rok.

* * *

Lalu hari itu, sengaja kukenakan rok panjang saat menemuinya. Sekalipun aku tahu, saat itu bisa saja kali terakhir kita bertemu. Walau terdengar agak konyol, aku ingin kesan manis tetap melekat di benaknya tiap kali aku terlintas dipikirannya. 

"Kelak kalau kamu jadi istri, pasti jadi istri yang baik."

Kalau kamu jadi suami, pasti jadi suami yang baik. Balasku dalam hati. 

"Nanti saat jadi suami, kamu pasti jadi suami yang paling merepotkan." 

Tanganku menerima kotak makan yang telah kosong dari tangannya. Pujiannya barusan, pasti efek perutnya yang telah kenyang karena nasi goreng yang kusiapkan pagi tadi telah berpindah ke dalam lambungnya.

"Sial, kasian dong istri aku nanti." ah, sial! Malah nyerempet ke sana.
"Kudoakan deh semoga istrimu diberikan kesabaran yang luar biasa." 

Selanjutnya, tak ada yang penting dari perbincangan kami. Tak ada yang bisa kusimpan sebagai kenang-kenangan setelah mulutku gatal membicarakan calon istrinya. Perempuan cerdas yang usianya terpaut jauh darinya itu pastilah sangat manis. 

Setelah berpamitan dan melambaikan tangan, motornya tenggelam di antara puluhan kendaraan lain di jalanan. Aku berjalan sambil mengangkat rok tinggi-tinggi agar tidak terkena kubangan air di lubang-lubang jalan trotoar.  Sambil bernyanyi-nyanyi kecil, kusalip seorang bapak yang mendorong gerobak bakso yang telah kosong. Saat ini aku hanya ingin sekali segera tiba di rumah.  Kamu pasti telah lama menunggu di teras sambil memukul-mukul kaki yang dikerubungi nyamuk. 





Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In Memories

Melarikan Kesedihan



Beberapa hari yang lalu nenek saya meninggal. Saya tidak tahu mengapa, tapi sampai detik ini saya tidak juga menangisinya. Saya sayang sekali dengan beliau, tentu saja. Hanya saja kematiannya yang begitu mendadak, membuat saya menyangsikan kabar tersebut bahkan hingga sekarang. Saya juga tidak menghadiri pemakamannya untuk tidak membuat kabar tersebut makin terasa nyata. Saya takut kalau ternyata memang nyata. Dan sayangnya memang itulah kenyataannya. Tapi tetap saja, saya menjarak dengan perasaan duka seolah-olah sedang terjadi pada orang lain, bukan saya. Saya sedang tidak ingin berduka. Yah, memang tidak ada yang ingin berduka, kapanpun waktunya.

Kematian itu menyeramkan, tapi ditinggalkan itu tidak tertahankan.

dan saya memilih menghidari kesedihan macam itu. Kesedihan yang membuat saya tidak tahu harus berbuat apa.

08-07-2016 

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments