In Fiction

Gadis Arum Manis

Ada anak yang paling pintar di kelas, pengetahuannya tentang antariksa luar biasa hebat, anak perempuan yang rambutnya selalu dikuncir tinggi, pita merahnya mengayun setiap kali ia menoleh. Namanya Zeta, tapi kegemarannya akan arum manis membuatku menjulukinya gadis arum manis. manis seperti senyumnya. 

Zeta, katanya diambil dari nama Bintang Zeta Ophiuchi, bintang yang besarmya 20 kali matahari dan 80000 kali lebih terang dari matahari. Zeta memang jauh lebih bersinar dibanding anak anak lain di kelas, tapi badannya sama sekali tidak besar, tubuhnya mungil dibalik seragamnya yang kebesaran satu nomor (karena tidak ada ukuran yang lebih kecil lagi)  Kecepetan lintasnya mencapai 54000 mph , Zeta menjelaskan dengan bangga, dengan antusias kudengarkan meskipun tak ada sepatah katapun yang kupahami, lalu ia menambahkan 54000 mph sama dengan 24 km per detik...wusssss. aku mengangguk ngganguk saja, pura pura mengerti.


Gadis arum manis ini senang sekali bercerita, Ia ceritakan padaku teori giant impact, big bang, supernova dan apalagi yang tidak bisa kuingat. Iyah, lagi lagi sulit memahami perkataannya, mungkin karna ingatanku memang payah, tapi biasanya diam diam ku catat istilah istilah yang baru kudengar dari mulut mungilnya, Zeta selalu bercerita sambil melihat langit, menunjuk ini itu entah asal atau tidak, dia tidak pernah menyadari kalau kalau aku mengeryitkan keningku sepanjang ceritanya.

Sayangnya, tidak ada yang bisa menikmati binar pada mata Zeta saat bercerita selain aku. Teman teman kelas yang lain selalu menganggapnya aneh, bahkan menjauhinya karna malas mendengar racauannya, yah mungkin kepala anak umur 11 tahun seperti kami lebih suka dipenuhi dengan apakah-Santiago-suka-Amanda-atau- tidak pada serial Amigos ketimbang mendengar proses terbentuknya black hole. Kesal rasanya tiap kali ada omongan miring tentang Zeta, tapi bisa apa aku karna mereka pun mengatakan hal yang sama tidak baiknya tentangku, karna dimana ada Zeta pasti ada aku. 
Bagiku, Zeta adalah pencerita paling hebat no 1,sementara aku pendengar paling sabar no 1. Entah yang Ia ceritakan benar atau tidak, tidak pernah kupusingkan, aku pendengar setianya.



Suatu hari Zeta berlari ke arahku, kuncirnya mengayun kesana kemari, pitanya bahkan hampir terlepas. raut wajahnya sangat serius.

"Dimas, pernahkah aku bilang padamu, keinginanku yang paling besar?"
tidak perlu waktu lama untuk berfikir.
"menjadi astronom!".jawabku yakin
Zeta menggeleng kuat-kuat, lalu tersenyum lebar
"ayoo tebak lagi" wajahnya seperti anak kecil yang sedang menyimpan rahasia hebat
"menjadi pilot? ah tidak mungkin terlalu biasa, mendarat di bulan?" 
"bukaan,bukan, papa bilang ada bintang raksasa yang hancur, katanya akan ada ledakan supernova dengan sinar paling terang, paling indah, letaknnya di galaxy  Large Magellanic Cloud, sebuah galaxy dekat bima sakti. Aku ingin kesana, aku harus melihat semuanya, bintang bentukannya, sinarnya, semuanya!, keinginanku yang terbesar adalah pergi ke Galaxy Large Magellanic Cloud!."

*.        *.        *.  
Esoknya tidak kutemui Zeta dimanapun di sudut sekolah, kata bu guru Zeta sakit sehingga tidak bisa masuk, masih sama hingga seminggu kemudian, rumahnya kosong. Aku mulai beranikan diri bergaul dengan teman temanku yang lain, mereka yang dulu gemar membicarakan hal miring tentang Zeta, pencerita kesukaanku. sekarang tak bedanya aku dengan mereka, topiknya masih tentang Zeta. 

Kata mereka Zeta sudah pindah, menyusul ayahnya,yang sudah setahun disana, RSJ. Dharmawangsa Jakarta selatan.

0 comments:

Post a Comment

What do you think?