Kalian adalah jenuh yang saling memaklumi
Kalian adalah biru dan merah muda pada senja yang oranye
Kalian adalah kapital dan titik yang selalu berhimpit
Kalian adalah penulis dan pembaca yang saling setia
Kalian adalah pelajar dan guru yang senantiasa bergiliran
Kalian adalah air yang sama dari haru dan pilu
Kalian adalah raga dan ruh yang menghidupi
Kalian adalah tawa yang berupa-rupa.
Kalian adalah sepasang tua yang saling mengusap uap dari teh tawar panas yang mengepul
Kalian adalah sepasang tua yang mengisahkan kebenaran dari segala kebetulan
Kalian adalah sepasang tua yang merajut koran di beranda
Kalian adalah sepasang.
persembunyian dan penemuan
sementara tahu hanyalah bencana baru,
Diam mengulitimu sampai botak.
padanya cinta menyelinap.
kunci kamu putar dari dalam.
keduanya berjejalan meminta bagian.
Jangan sampai rutinitas membuatmu lupa untuk hidup
hidup membuatmu lupa menjadi manusia
manusia-manusia lain membuatmu lupa menjadi dirimu
dirimu enggan menjadi dirimu.
Idealnya kita tidak perlu menawan diri dengan topeng lain
tidak perlu peci untuk terlihat seperti pak haji
tidak perlu takut merasa sok suci jika ingin mengaji
Mengapa Rumah Tangga?
Katanya, filosofinya begini :
Rumah adalah bentuk analogi dari keluarga, yang sama halnya dengan Rumah secara harfiah, harus dibangun, dengan fondasi yang kuat, dengan tahu apa yang perlu disiapkan dan diprioritaskan agar rumah menjadi kokoh, menjadi tempat nyaman untuk berpulang.
Kemudian Tangga, harapannya bersama keluarga dapat menaiki tangga-tangga kehidupan *hasek* , menjadi lebih baik.
Maka begitulah sebutannya : Rumah Tangga.
Tapi mungkin mereka lupa, dengan Tangga kita pun bisa berjalan turun.
Turun bersama-sama maupun sama-sama turun.
hahaha.
Bukan, saya tidak sedang berapatis dengan urusan Rumah Tangga.
(karna saya lebih suka membiarkan orang terjun bebas ketimbang menyeret-nyeret orang yang tidak tahu cara tinggal untuk naik ke atas, dengan menggunakan tangga saya)