Menghitung hari detik demi detikmenunggu itu menjemukan
ini permintaannya. dan aku tidak pernah bisa menolaknya, apapun itu.
Tapi ku sabar menanti jawabmuJawab cintamu,,,
Pandangannya terpaku pada satu arah, pada satu meja, pada satu wanita, Kania.
Yang aku minta tulus hatimuBukan pura pura,,,
aku memperhatikan tuts dihadapanku baik baik, memainkannya sesempurna mungkinberusaha mengimbangi Fariz yang sepenuh hati.
Biar semua tahu adanyaDirimu memang punyaku
iyah, Fariz dan Kania memang saling memiliki, saling mempunyai.jangan samakan denganku. ah jauh.
ada kilau terefleksi dari mata Kania, air matanya mungkin akan terjatuh sebentar lagi.luluhlah sudah hati lembutnya pada Fariz
ada tetes yang membasahi tuts putih hitamku
Faris meliriku sebentar, hanya untuk memamerkan senyumnya yang kian mengembang.berhasil rencana kita, rencananya.
disana tempatmu biasa berdiri
menungguku sambil menekuk wajah serta bibir yang kamu tarik ke bawah
katamu aku terlalu lama
selalu sama
disana telah lama tiada
lalu aku duduk
lalu aku berdiri
begitu sampai tak tahu waktu
katamu aku yang lama
disana aku menunggumu selamanya
tapi tak pernah ada.
cinta ini menguap sepanjang jalan pulang
sepatuku masih penuh lumpur
singgahanku membuat hati hancur
di taman sana kalian samakan tawa
nada nadanya membuatku ingin muntah
lalu kuteruskan menuju pulang
walau rumahku telah terampas malam tadi
seusai langit kita kamu habiskab berdua
aku tanpa sisa
saat berjalan pulang
mawar mawarku telah tersebar di mimpinya
lalu bagaimana tidurku malam nanti?
ah. saat berjalan pulang
cintaku menguap kemana-mana
semoga melekat di udara
kuracunu tiap partikelnya
sambil sabar menunggu
kabar ketiadaan.