You can be miserable in paradise~ Ruut Veenhoven.
Taman hiburan kadang kala persis
miniatur hidup; sekali waktu langit hanya sejengkal lalu dalam sekejap tanah
hampir bertubrukan dengan wajah. Apa namanya? Jet coaster? Roller coaster? Tapi tetap saja kita tidak kapok-kapok, datang
lagi, menaiki lagi, merasa mual lagi, menjerit, memohon-mohon minta diturunkan
lalu mengantri kembali. Tapi bukankah memang menyenangkan mengetahui kita
akhirnya dapat melalui bagian tersulit. Mungkin itulah mengapa kita tidak
kapok. Kita ingin terus menunjukan kita mampu, sekalipun hanya kepada diri
sendiri.
Jadi, apa sih yang sebetulnya
sedang kita (saya) cari? Sudah tepatkah jika bahagia saya tulis sebagai
jawaban? Menjadi mutlakah?
Saya bisa mencari kebahagian pada
tumpukan buku yang sangat ingin saya baca, atau menonton film komedi dengan
pemeran yang saya suka, atau berkumpul dengan orang-orang yang saya sayangi, atau
apapun. Tapi saya juga (harusnya) bisa berbahagia tanpa itu semua. Konsep
kebahagiaan sejatinya tidak melekat pada apapun. Tapi bisakah terus-menerus menuntut diri untuk berbahagia?